Wednesday, June 3, 2009

TEOLOGI APOLOGETIKA : DOSA ASAL

Dosa asal (dosa warisan) adalah dosa yang diwariskan oleh manusia pertama kepada seluruh umat manusia. Ajaran mengenai dosa asal berdasar pada Roma 5:12-21 yang antara lain berbunyi:
“Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa itu juga maut, demikian maut telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berdosa (Rm.12)
“Oleh ketidaktaatan satu orang, semua orang telah menjadi orang berdosa.” (Rm.19)

Di sini manusia digambarkan sebagai satu tubuh yang ikut merasakan nasib nenek moyangnya. Dengan kata lain ada semacam solidaritas di antara umat manusia. Di satu sisi dosa asal berupa hilangnya rahmat persekutuan mesra antara manusia dan Allah yang pernah dinikmati manusia pertama sebelum berdosa. Di pihak lain dosa asal berupa kecenderungan kodrat manusia untuk berbuat dosa. Keselarasan yang mereka miliki sudah rusak, kekuasaan kemampuan-kemampuan rohani dari jiwa atas badan dipatahkan. Keselarasan dengan ciptaan rusak, ciptaan menjadi asing dan bermusuhan dengan manusia. Akhirnya akan jadilah akibatnya, yang telah diramalkan jelas sebelum manusia pertama jatuh ke dalam dosa: manusia adalah debu dan akan kembali menjadi debu (Kej. 3:19). Maut memasuki sejarah umat manusia (Katekismus 400).

Mengapa dosa Adam menjadi dosa bagi semua keturunannya? Dalam Adam seluruh umat manusia bersatu “bagaikan tubuh yang satu dari seorang manusia individual” (St. Thomas Aquinas). Karena kesatuan umat manusia ini, semua manusia terjerat dalam dosa Adam, sebagaimana semua terlibat dalam keadilan Kristus. Akan tetapi penerusan dosa adalah suatu rahasia yang tidak dapat kita mengerti sepenuhnya. Namun melalui wahyu kita tahu bahwa Adam tidak menerima kekudusan dan keadilan asli untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh kodrat manusia.

Dengan menyerah kepada penggoda, Adam dan Hawa melakukan dosa pribadi, tetapi dosa ini menimpa kodrat manusia yang selanjutnya diwariskan dalam keadaan dosa. Dosa ini diteruskan kepada seluruh umat manusia melalui pembiakan, yaitu melalui penerusan kodrat manusia yang kehilangan kekudusan dan keadilan asli. Dengan demikian dosa asal adalah “dosa” dalam arti analog: ia adalah dosa yang orang “menerimanya”, tetapi bukan melakukannya, suatu keadaan, bukan perbuatan (Katekismus 404).

Akibat dosa asal, manusia kehilangan kekudusan dan keadilan asli, namun kodrat manusia tidak rusak sama sekali, tetapi hanya dilukai dalam kekuatan alaminya. Ia takluk pada kelemahan pikiran, kesengsaraan dan kekuasaan maut dan condong kepada yang jahat. Kecondongan kepada yang jahat ini dinamakan “concupiscentia.”

No comments: