Thursday, September 24, 2009

Forgiven and Forgiving


Dear all,
Here are some thoughts on forgiveness.
Be blessed!

=====








(Personal Spiritual Diary Series - Thur,24.09.09)

By David Sutedja


It takes love to be forgiven
It takes lots of love to be forgiving

It is easy and enjoyable to say "God forgives me"
It is tough and painful to say "I forgive you"

To be forgiven is to live
To be forgiving is to die

Friday, September 18, 2009

'You Raise Me Up ... '


Mungkin kita pernah mendengar lagu “…You raise me up so I can stand on mountain. You raise me up to walk on stormy sees. I am strong when I am on your shoulders. You raise me up to more than I can be…”Nilai dan arti lagu ini kiranya bisa membantu kita untuk merenungkan renungan ini.

Kita mendengar karya ajaib Yesus dengan memberi makan ribuan orang. Kali ini kita mendengar lanjutan dari Injil tersebut. Karya ajaib kali ini jauh lebih menakjubkan, meski pesannya lebih kurang sama. Dikisahkan, setelah Yesus memberi makan lima ribu orang laki-laki, belum terhitung wanita dan anak-anak, Ia menyuruh murid-murid-Nya pergi ke seberang danau mendahului Dia. Kemudian Ia juga mengutus orang banyak pulang ke rumah masing-masing. Ia tinggal seorang diri. Ia naik ke bukit dan berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, para murid sedang berjuang melawan danau yang sedang mengamuk. Ombak besar menghantam perahu mereka. Mereka ketakutan.

Menarik sekali melihat peristiwa ini secara dekat. Para murid berlayar tanpa Yesus dalam perahu mereka. Mereka berjuang sendirian. Mereka berlayar tanpa Yesus. Dalam pelayaran tanpa Yesus ini mereka dihantam badai yang menakutkan mereka. Perahu mereka oleng ke sana ke mari. Tak banyak kemajuan dalam perjalanan tanpa Yesus tersebut.

Mengetahui bahwa murid-murid-Nya ketakutan menghadapi ombak yang dasyat, Yesus datang menolong. Ia ternyata tak “terlalu sibuk” dengan Allah. Ia meninggalkan doa-Nya dan datang menyelamatkan murid-murid. Dia berjalan di atas air yang mengamuk. Amukan air tak terasa oleh Yesus. Gelombang badai bagaikan air tenang ketika Yesus berjalan di atasnya. Dasyat sekali. Dengan Injil ini mau dikatakan pada kita dengan tegas sekali bahwa kapan dan di mana saja ada kesulitan, Yesus selalu hadir pada waktu yang tepat.

Sebelum Yesus sampai di kapal, para murid melihat sosok yang berjalan di atas air. Mereka ketakutan dan berteriak-teriak. Ketakutan karena amukan danau bertambah dengan ketakutan melihat sosok yang berjalan di atas air. WOW. Saudara dan saudari kehadiran Yesus sering menakutkan untuk banyak orang. Kehadiran Yesus mereka rasa mengancam “kesenangan” mereka. Kehadiran Yesus diyakini mengganggu. Kehadiran Yesus yang menyelamatkan dan membawa damai sering dilihat sebagai ancaman atas “kesenangan sendiri”.

Dalam situasi yang takut bukan kepalang, Yesus dengan suara yang jelas dan penuh damai berkata: “Ini Aku. Jangan TAKUT.” Mengetahui bahwa Yesus yang berjalan di atas air, Petrus dengan spontan meminta supaya Yesus juga menyuruhnya berjalan di atas air. Yesus berkata: “Mari”. Petrus berjalan di atas air. Ia datang kea rah Yesus. Angin putting beliung yang sedang mengamuk tak terasa olehnya. Selama ia memandang Yesus dan yakin pada Sabda Yesus, ia berjalan “lenggang kangkung” di atas danau yang menggelegar. Namun ketika ia mulai mengalihkan perhatian dari Yesus, ia di hantam oleh badai.

Saudara dan saudari, badai tetap di sana. Hanya pada kasus pertama, Petrus begitu focus pada Yesus dan badai seakan tak berdaya menggoyahkan dia. Kemudian ketika ia mulai mengurangi perhatiaannya pada Yesus badai menjadi penuh daya menggoyangkannya dan hampir menenggelamkannya.
Di lain pihak kita juga melihat pribadi Petrus yang sangat spontan. Dia “agak sering” bertindak berdasar emosi yang meluap-luap. Ia kadang tak memberi waktu untuk mencerna dan berpikir. Ia segera melampiaskan “emosinya”. Mungkin istilah salah satu suku di Indonesia tepat melukiskan pribadi ini: “Kalau berani hantam saja, persoalan belakangan.” Petrus tak menghitung lebih dahulu resiko dari “permohonannya”. Pelajaran ekonomi, moral dan iman kita dapat di sini. Sebelum bertindak, hitung dulu kekuatan, untung rugi dan konsekwensinya. Tidak semua yang kita ketahui harus dikatakan, tetapi semua yang kita katakana harus diketahui.

Pribadi Petrus yang demikian kita lihat juga ketika ia dengan gagah perkasa mengatakan bahwa ia akan setia pada Yesus hingga titik darah penghabisan yang terakhir, tetapi tak lama sesudah itu ia menyangkal Yesus tiga kali.
Meski demikian Petrus adalah pribadi yang jujur dengan pikiran dan perasaannya. Ia jujur mengakui kesalahannya. Kejatuhan yang ia alami bukan menjauhkan dia dari Yesus, tetapi malah mendekatkan dia pada Yesus. Cintanya pada Yesus menjadi semakin berkobar-kobar. Kita melihat pelajaran berharga yang lain di sini. Menjadi orang kudus tidak sama dengan hidup tanpa dosa dan kesalahan, tetapi berani mengakui kesalahan dan bertobat.

Pelajaran apa lagi yang dapat kita petik dan hidupi dari Injil ini??? Seperti sudah dikatakan sebelumnya, tanpa Yesus dalam perahu mereka, para murid dihantam badai dan mereka ketakutan. Hal yang sama berlaku untuk kita. Tanpa Yesus dalam diri kita, kita akan dintam oleh badai kehidupan. Tanpa Yesus dalam keluarga kita, badai sekecil apapun akan memabuat kita terombang-ambing. Tanpa Yesus dalam rumah kita, rumah kita akan sulit tentram dan damai.
Dalam hidup ini selalu ada badai. Kita sering terguncang karena menghadapi badai yang setiap hari menimbulkan gelombang. Kadang kita menghadapi badai keluarga, badai dengan pimpinan, badai dengan kawan kerja, badai dengan suami, badai dengan istri, badai dengan pekerjaan, badai dengan lingkungan dan begitu banyak macam badai. Tetapi dalam semuanya itu, kita tidak pernah ditinggalkan sendirian. Yesus selalu hadir bersedia menolong. Yesus selalu hadir pada waktu yang tepat. Hanya kita perlu focus dan berserah pada Yesus. Yesus akan datang dan berkata: “Ini Aku. Jangan takut.” Ia akan mengulurkan tangan-Nya dan menolong kita, menguatkan kita.

Bersama Yesus kita aman, damai, kuat, gembira, dan sanggup hidup dalam damai meski badai mengamuk. Jauh dari Yesus kita tergoncang dan ketakutan.
Saudara dan saudari mari menyadari kehadiran Yesus dalam hidup kita. Berserah pada-Nya dan Dia akan menolong dan menguatkan kita. Dan kalau demikian kita akan bernyanyi: “…You raise me up so I can stand on mountains…”