Monday, May 4, 2009

MEDITASI ( RM. T. A. ROCHADI )

A. Persiapan Doa

1. Tempat Doa
Pilihlah tempat berdoa yang bersih dan mempunyai udara segar atau tidak pengap. Usahakanlah sedapat mungkin berdoa disatu tempat jangan berpindah-pindah, karena makin lama Anda berdoa ditempat yang sama akan semakin bagus dan sangat membantu kekhusukan doA Anda.
Kalau Anda pernah pergi ke Lourdes atau makam Fransiskus Asisi berdoalah ditempat itu. Tempat-tempat itu sangat membantu keberhasilan doa Anda karena banyak orang datang untuk berdoa sejak beratus-ratus tahun silam.
2. Sikap Tubuh Waktu Bedoa
Tubuh dapat mengungkapkan keadaan jiwa Anda. Bila Anda sedang tegang maka seluruh badan akan tegang terutama dapat dilihat bagian wajah yang berkerut, kening yang berkerut, bagian otot leher terasa kaku, dsb.
Untuk menopang kekhusukan berdoa gunakanlah "bahasa tubuh". Tubuh kita dapat menyatakan sesuatu. Demikian halnya didalam doa sikap tubuh kita sangat membantu.
Sebelum berdoa persiapkanlah tubuh Anda dengan baik, yaitu dengan metode : "YESUS"
Y ang relaks
E nteng di kepala
S atukanlah pikiran dan tubuh dengan berkonsentrasi
U sahakanlah tubuh membentuk sudut tegak lurus antara kaki dan tubuh kalau mengambil posisi duduk
S adarlah bahwa Anda sedang berdoa.

Yang Relaks
Metode relaks merupakan prasyarat bagi keberhasilan berdoa dan telah terbukti kehebatannya untuk membantu melepaskan berbagai ketegangan. Dalam perkembangannya metode ini telah mendapatkan penyempurnaan yang disebut dengan PMR (Post Muscular Retreksion).
Namun, hal ini bukan berarti tanpa masalah, terlebih lagi bila kita belum pernah mengalaminya. Relaks akan dapat dialami sesudah kita merasakan tegang ! Bayangkan bila kita sedang lari 1 km, akan terasa pada keadaan relask setelah Anda mencapai finish.
Metode PMR merupakan metode dengan cara menegangkan otot-otot kemudian mengendurkannya. Pada saat kendur itulah kita menikmati rasa relaks dan dari tahap demi tahap akan semakin merasakan kedalaman berdoa.
Ada tiga bagian kunci untuk relaks : yaitu bagian pundak, dagu dan kening. Kalau bagian-bagian kunci ini, sudah merasakan relaks maka bgian tubuh lainnya dengan sendirinya akan mengikutinya. Kerjanya seolah-olah seperti pemicu sengatan atau skakelar listrik.
Cobalah Anda menegangkan pundak kemudian kendurkan dan nikmati perubahan itu. Juga, lakukanlah hal yang sama pada kening dan dagu Anda. Lalu nikmati perasan relaks yang sedang terjadi.


Enteng di Kepala dan Berat di Bagian Bawah
Coba rasakan ketika Anda sedang berpikir serius ! Maka kepala Anda akan terasa sangat berat. Orang tertentu kalau sedang berpikir serius kadang-kadang memegangi kepalanya, menundukkan kepalanya, atau bertopang dagu.
Doa bukan aktifitas pikiran atau otak maka kepala kita harus kita buat serelaks-relaksnya. Orang yang berpikir serius energi mengalir ke otak menyebabkan kepala terasa berat. Cara yang dapat dilakukan oleh semua orang untuk mengentengkan kepala adalah dengan mencari titik gravitasi ketika kita sedang duduk.

Satukan Tubuh dan Batin Anda
Banyak dijumpai, orang yang sedang asyik melamun. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi padanya ? Tubuh dan batinnya tidak sedang bersatu. Orang itu, ada disini tetapi batinnya berada ditempat lain, tidak mengherankan jika ia tiba-tiba menjadi kaget pada saat disadarkan oleh gerakan atau suara yang datang dari daerah sekitarnya.
Berdoa bukanlah melamun. Cara sederhana untuk menyatukan pikiran dan tubuh adalah dengan cara memusatkan perhatian pada satu obyek. Misalnya, pada salah satu panca indra kita. Mata memandang satu titik, telinga mendengarkan bunyi-bunyian yang ada disekitarnya, merasakan keluar masuknya udara ke dan dari hidung, merasakan hembusan angin atau baju yang menempel pada kulit, dst. (A. de Mello, S.J, Sadana).

Usahakanlah Badan Membentuk Sudut Tegak Lurus
Para pengikut meditasi dianjurkan untuk melakukan zen-zen (duduk tegak). Posisi tubuh membentuk sudut tegak lurus akan menimbulkan gravitasi, tubuh bagian bawah terbantu menjadi relaks (keadaaan tidak ada tegangan).
Untuk membuktikan hal ini sangat mudah, dengan membandingkan cara membawa botol berisi air dalam posisi miring dan tegak. Pasti cara membawa yang pertama cepat melelahkan dibandingkan dengan cara yang kedua.
Dalam prakteknya, antara hidung dan pusar membentuk garis tegak lurus. Dan hal ini, hanya dapat dilakukan kalau kita dapat duduk dengan relaks. Kemudian, tariklah dagu ke atas hingga otot perut dan dada ikut tertarik ke atas.
Setelah itu, dengan perlahan-lahan tundukkan dagu ke bawah hingga tulang belakang, leher dan kepala terasa satu garis, sehingga dagu terasa menggantung. Hidung dan pusar tetap dipertahankan membentuk satu garis lurus.

Sadarilah Tubuhmu
Berdoa tidak hanya aktifitas batin tetapi juga tubuh. Ajaklah tubuh Anda berdoa. Tubuh Anda tak dapat dikesampingkan ketika Anda sedang berdoa.
Sebagai contoh tangan kita, tangan adalah organ tubuh paling komunikatif : tangan mengepal mengungkapkan kemarahan atau tekad bulat, tangan menghadap ke depan mengungkapkan penolakan, tangan menghadap ke atas atau diangkat mengungkapkan ketidak berdayaan dan penyerahan dsb.
St. Theresia kecil mengatakan bahwa "Doa dengan tangan kosong". Sadari posisi tangan Anda yang paling Anda sukai. Terbuka keatas, mengadah, memegang jantung hati, atau tertutup menjadi satu, dsb.
Penyadaran tubuh menjadi bagian terpenting dalam persiapan doa untuk masuk ke dalam keheningan. Musuh utama dalam berdoa adalah ketegangan syaraf.
Penyadaran tubuh akan menolong kita dalam mengendorkan syaraf. Anda akan menjadi santai kalau Anda menyadari tubuh Anda, menyadari suara-suara, menyadari pernafasan, menyadari rasa yang sedang terjadi pada tubuh, termasuk ketegangan otot dan syaraf Anda.
Berdoa adalah hadir sepenuhnya secara total ke hadapan Tuhan. Kerap kali kita terganggu dengan angan-angan masa lalu atau kekuatiran akan masa depan. Kita tidak sungguh-sungguh hadir, karena kita berada di tempat lain.
Hal ini terjadi, karena dominasi kepala dan lupa tubuh sebagai satu keutuhan yang tak terpisahkan. Angan-angan dan pikiran kita berkeliaran kesana-kemari.
Penyadaran tubuh akan sangat membantu Anda untuk menjadi santai dan relaks, Anda harus berusaha melepaskan dari belenggu nostalgia masa lampau dan kekuatiran masa yang akan datang. Sadarilah bahwa Anda sedang duduk, tangan Anda terbuka, Anda ada disini, sedang berdoa.
Tetapi, jangan salah penafsiran menyadari keberadaan tangan, kaki, hidung, dan sebagainya jangan lalu dalam berdoa Anda menggambarkan tangan, kaki dan hidung Anda.
Banyak orang tidak sungguh menyadari dan merasakan tangan, kaki atau bagian tubuh lainnya, karena mereka berpikir tentang itu. Anggota tubuh Anda ada pada tempatnya masing-masing bukan di kepala Anda !
Jangan menggambarkan tangan, kaki, dsb. Menyadari sama dengan merasai tubuh Anda.
Bila Anda menyadari tubuh Anda dan kemudian Anda merasakan bagian-bagian tertentu dari kulit yang mati rasa. Itulah suatu pertanda bahwa Anda selama ini telah melupakan tubuh Anda sendiri.
"Tangan kiri lebih lemah daripada tangan kanan karena kerapkali tangan kiri diasingkan. Jangan menulis dengan tangan kiri, jangan menerima sesuatu dengan tanggan kiri, dsb."
Sadarilah bagian-bagian tubuh yang mati rasa itu ! Ada juga orang yang berlatih kesadaran tubuh malah menjadi tegang. Kalau demikian yang terjadi kembalilah Anda menyadari bagian tubuh yang tegang itu.

B. DAYA MANUSIA

Di dalam doa kita menggunakan daya yang harus dikembangkan sehingga dengan daya tersebut kita akan lebih terbantu untuk mencapai hadirat Allah. Di dalam diri manusia terdapat beberapa daya yang oleh St. Bonaventura diuraikan sebagai berikut :
1. Memoria (Ingatan)
Memoria digambarkan seperti alat penyimpanan data yang merekam pengalaman-pengalaman yang terjadi pada masa lampau. Memoria ini menjadi semacam layar horizon, untuk unsur-unsur yang lainnya.
Berkat memoria ini, manusia dapat mengingat akan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang dahulu dialami dan dapat mengantisipasikan apa yang akan terjadi dikemudian hari. Yang lebih penting lagi, memoria pada manusia merupakan fondasi atau prinsip dasar bagi segala pengetahuan selanjutnya.
Berkat memoria manusia dapat menggambarkan pribadi Allah sekalipun samar-samar. Namun, hal ini bukanlah facultas, kemampuan sebagai pangkal kegiatan tertentu.


2. Daya pengenal (Mens)
Mens atau daya pengenalan ini, merupakan pintu masuknya informasi yang ada di sekitarnya. Daya ini, meliputi tiga kemampuan, sensualitas dan immaginatio, spritus, dan intuisi.

a. Daya panca indera dan daya khayal.
(Sensualitas dan imagination)
Panca indera kita gunakan untuk berhubungan dengan dunia luar yang berbeda dengan dunia manusia sendiri. Daya khayal atau daya cipta kita dapat menggambarkan kerinduan kita akan Allah.
b. Spritus : Daya penalaran dan Pemahaman
(ratio dan intellectus)
Penalaran digunakan untuk melihat hubungan dan memilah-milah obyek. Pemahaman digunakan untuk menangkap sesuatu yang rohani.
St. Agustinus mengatakan, bahwa intelectus tidak cukup untuk mendekati Allah. "Kami berbicara tentang Allah, tidak mengherankan kalau tidak mengerti, sebab seandainya engkau mengertinya ia bukan Allah".
c. Intuisi (Mens)
Pemahaman secara langsung dan penangkapan secara langsung. Daya intuisi ini merupakan daya yang paling efektif di dalam doa.

3. Daya mengasihi (Voluntas)
Voluntas adalah daya mengasihi dan dengan daya ini manusia dapat melampaui daya intuisi. Meskipun demikian, daya intuisi merupakan prasyarat dan perandaian Voluntas.
Pengalaman rohani tidak berlangsung dalam daya memoria tetapi dalam daya panca indera, daya imaginasi, daya intuisi dan terutama daya voluntas. "Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia" (1 Yoh 4 : 16b).
Dengan mengembangkan daya mengasihi, manusia semakin dekat dan bersatu dengan sumber kasih ialah Allah sendiri. Kemauan untuk mengasihi merupakan daya kejar rohani.
Daya mengasihi dapat dilatih terus-menerus seperti kita mengembangkan daya mengampuni mereka yang bersalah kepada kita, daya menolong orang yang sdang berkesusahan, daya tidak merugikan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
St. Therisia dari Avila mengatakan, "yang penting bukan banyaknya berpikir tetapi banyaknya mencinta"1).

C. SIKAP BATIN
Peribahasa latin mengatakan "Lex orandi, lex credendi", artinya hukum doa adalah hukum percaya : doa adalah lingkaran iman - kepercayaan. Orang-orang yang tidak percaya tidak akan dapat berdoa. Dengan kata lain melalui doa-doaku akan tampat iman kepercayaanku.
Iman kepercayaan dan pengharapan merupakan prasyarat untuk mengasihi. Iman, harapan dan kasih dan dari ke tiganya yang besar adalah kasih.
Sikap batin waktu berdoa adalah penuh kepercayaan kepada Tuhan, penuh kerinduan kepadaNya karena Tuhan akan memberikan rahmat sebanding dengan iman, pengharapan dan kasih orang itu.
Coba Anda bayangkan seorang yang begitu mengharapkan bertemu dengan seseorang dan selang waktu tidak lama dia betul-betul bertemu dengan orang tersebut. Apakah hal ini sangat menggembirakan bukan ? Kalau Anda tidak mengharapkan bertemu, mungkin saja kedatangan temanmu itu tidak begitu bermakna.
Banyak orang berdoa tanpa iman, tanpa pengharapan, tanpa kasih, tanpa kehendak. Akhirnya, mereka dengan terpaksa melakukan doa dan hanya kebosanan yang ia dapatkan, seakan-akan perbuatan itu hanya sia-sia.
Apabila Anda tidak punya kerinduan mintalah kerinduan dan rahmat tersebut dari Tuhan.

D. GANGGUAN DI DALAM DOA
Kebanyakan orang mengalami gangguan dalam doa yaitu : ketegangan, pikiran yang melayang-layang, dan emosi-emosi yang negatif atau beban batin. Ketegangan dapat diatasi dengan relaksasi seperti telah diuraikan di atas.
Emosi-emosi yang negatif atau beban batin dapat dipandang sebagai halangan doa karena berlawanan dengan kehendak Allah yang penuh kasih. Walaupun demikian hal itu tetap ada manfaatkan sebagai "pengalaman mistik yang negati" dapat dipakai sebagai titik tolak memulai berdoa.
Justru, karena kehausan akan kasih, kita dapat merindukan dan mengerti apa itu artinya Allah Sang Sumber Kasih. Tetapi, yang paling banyak kita alami kerapkali adalah pikiran yang melayang-layang.
Anehnya lagi berkaitan dengan pikiran nyasar atau melayang-layang ini, setiapkali mencoba menutup mata malah seolah-olah masuk ke gedung bioskop. Lebih jauh, mulailah muncul kejadian-kejadian, pikiran-pikiran, gagasan-gagasan yang bermacam-macam.

Persoalannya, adalah bagaimana menjinakkan dan menidurkan pikiran tersebut agar tidak semakin membuat niat kita berdoa menjadi buyar. Ada beberapa usul untuk mengatasinya :

1. Jangan menutup mata terlalu rapat
Cobalah membuka mata sedikit dan arahkan pandangan Anda pada satu titik satu meter di depan Anda. Walaupun demikian coba dihindari hanya terus memusatkan diri pada titik atau benda itu, jangan berkonsentrasi atau memusatkan perhatian khusus padanya.
2. Dengan duduk tegak lurus
Sampai sekarang belum ada formula berdoa yang keampuhannya dapat mengungguli metode PMR. Dengan mempraktekkan metode ini banyak membantu mengatasi berbagai gangguan pikiran yang mengembara tidak terarah.
3. Dengan doa yang diulang-ulang (repetitf)
Dengan cara mengulang-ulang doa (mantra) akan banyak membantu menidurkan pikiran yang kacau. Hampir semua agama besar mempunyai tasbih atau semacam rosario yang digunakan sebagai sarana doa yang demikian.
Sarana alat bantu berupa tasbih, banyak membantu mengalihkan perhatian berpikir (menghitung-hitung). Dalam Gereja Katolik dikenal doa demikian yang diajarkan oleh Yesus untuk para peziarah.
4. Dengan mengawasi pikiran yang muncul
Seperti anjing kecil yang mengikuti langkah-langkah kaki kita, demikian halnya dalam berdoa seseorang dibimbing untuk mengawasi setiap pikiran yang muncul, tidak diperkenankan menilai dan menolak.
Bisa juga kita membiarkan pikiran-pikiran yang datang dan pergi seperti langit biru yang membiarkan mega-mega itu berlalu sehingga akhirnya langit menjadi biru dan bersih.

E. TAHAP-TAHAP DOA

1. Pembersihan (purgatio)
Tahap ini, merupakan tahap pertama yang harus dilakukan untuk menciptakan kedamaian dan ketentraman hati. Caranya, menjauhkan diri dari segala yang berlawanan dengan kehendak Allah.
Misalnya, mengendalikan diri perbuatan yang membuahkan dosa, hawa nafsu yang dapat merugikan sesama atau makhluk lain, termasuk cinta diri yang berlebihan.
Istilah yang sering digunakan untuk hal ini adalah Askese, meskipun banyak orang sebenarnya tidak begitu tertarik dengan cara ulah tapa (ala Fransiskus), namun askesis merupakan unsure dasar dari seluruh jalan menuju Allah.
2. Penerangan (Illuminatio)
Setelah melalui tahap pertama menginjak pada tahap penerangan yang bertujuan mengantarkan diri kita kepada kebenaran (veritas). Sehingga, dapat lebih obyektif menilai diri kita sendiri baik kebaikan maupun kelemahan-kelemahannya.
Semua itu, secara utuh diterima sebagai karunia dari yang Maha Pengasih. Dalam hal ini, menyangkut yang sifatnya adikodrati maupun yang masih berupa nubuat (dijanjikan Allah), kebaikan (bonum) tertinggi yang memberikan diri kepada manusia.
Seorang pujangga gereja St. Bonaventura mengatakan "Via illuminative consistit in imitatione", maka "imitatio" tidak ada hubungannya dengan asketik atau moralistik. Artinya, melihat dan menilai segala sesuatu dari sisi Kristus sebagai Firman Allah yang menjelma sebagai gambaran Allah yang sempurna.
Gambaran itu, memancarkan cahaya yang menerangi segala sesuatu. Kristus sebagai "kebenaran" yang menyinari segala sesuatu.
3. Persatuan Sempurna (Via perfectiva/Unitiva)
Langkah ketiga atau langkah terakhir, menuntun kita sampai pada tujuan yang sesungguhnya yaitu Kasih Allah (caritas). Hal ini, mensyaratkan pelepasan terhadap segala makhluk atau benda (sebagai otonom) sambil, secara positip, kasih itu diarahkan kepada mempelai ilahi.
Sehingga, kasih itu melampaui diri manusia dan berpaut menjadi satu dengan Tuhan yang tidak tercapai melaui indera, khayalan dan pengertian. Namun semua itu diarahkan untuk hal yang menyenangkan dan membahagiakan.
Ketiga tahap itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan ketiganya saling mendukung serta saling melengkapi. Ketiganya sebagai keutuhan dapat dikatakan "jalan rangkap tiga" menuju Tuhan.
Bonaventura lebih lanjut mengatakan, tiga tahap itu sebagai usaha manusia "industria". Meskipun, selalu bertumpu pada rahmat pertolongan Allah "gratia".
Di sini sebenarnya, hanya menekankan kembali pada apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia untuk sampai dan dapat bersatu dengan Tuhan.2).

F. PENGALAMAN MISTIK

Pengalaman persatuan dengan Tuhan adalah sesuatu yang mistik. St. Bonaventura membedakan pengalaman mistik negatif dan pengalaman mistik positif. Pengalaman mistik negatif adalah pengalaman akan Allah yang transeden, tak terhampiri dan tidak dapat dihadirkan.
Disini manusia menyadari akan ketidakberdayaannya sebagai ciptaan. Ia hadir saat kita mengalami : kehampaan, kekosongan, kefanaan, ketidakberdayaan, ketidakartian sebagai manusia.
Sedangkan, pengalaman mistik positip adalah pengalaman kehadiran Allah yang ilahi, pengalaman akan persatuan dan kepenuhan dengan ilahi. Pengalaman ini, memang pengalaman yang disadari, tetapi diluar lingkup kesadaran diri atau kesadaran akan dunia.
Pengalaman ilahi bisa dialami seolah-olah diluar dirinya, misalnya dengan menikmati pemandangan alam. Namun, dalam pengalaman itu si mistikus pun menembus permukaan kesadaran dunia dan sampai pada dasar atau sumbernya ialah Sang pencipta.
Dapat dikatakan bahwa pengalaman mistik itu sulit untuk dilukiskan, karena tidak dapat diwakili oleh kata-kata. Bahasa manusia tidak cukup untuk melukiskan.
"Kalau engkau bertanya bagaimana hal itu terjadi, bertanyalah kepada rahmat, jangan pada ajaran; bertanyalah kepada hasrat, jangan pada pengertian; bertanyalah kepada keluhan doa, bukan pada mempelajari kuliah; bertanyalah kepada Penganten, bukan kepada guru; bertanyalah kepada Allah dan tidak kepada manusia; bertanyalah kepada kegelapan, bukan kepada penerangan; tidak kepada cahaya, tetapi kepada api yang menyalakan segala-galanya dan yang secara menyeluruh membawa orang kepada Allah melalui pengurapan dan kehangatan kasih yang teramat mengobarkan dalam pengalaman itu terjadi sesuatu yang amat rahasia dan melampaui segala pengertian, yang tidak diketahui seorangpun kecuali mereka yang telah mengalaminya." Demikian Bonaventura memberikan penjelasan tentang hal tersebut.
Pengalaman akan persatuan dengan Allah bukan perkara otak (intellectus) melainkan perkara hati (affectus). Pengalaman ini, diluar batas kemampuan pikiran manusia. Mereka mengalami Yang Ilahi, Yang Abadi, yang ada diseberang kesadaran manusia.
Manusia diangkat ke taraf yang lebih tinggi, diluar lingkup pikiran. Disana akal menjadi gelap, sebab tidak dapat menyelidiki oleh karna halnya melebihi segenap kemampuan untuk menilik. Ubi dificit intellectus, ibi proficit affectus : dimana otak mundur disitu hati maju.2).

G. METODE DOA

Ada beberapa metode doa yang dapat dipilih sesuai dengan kemampuan, kecenderungan, watak setiap orang. Metode doa ini, merupakan latihan agar manusia dapat mengalami persatuan dengan Allah. Ada tiga metode besar yang masing-masing bisa dikembangkan sendiri :

1. Meditatio
Meskipun akal budi (Intellectus) tidak dapat menjangkau Tuhan tetapi bisa dipakai sebagai pintu masuk ke dalam doa. Aktivitas dalam meditatio pertama-tama adalah akal budi sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus : "Aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku".
Didalam doa meditasi seseorang dibimbing untuk merenungkan, menalari, menggali dan menganalisa kebenaran atau Sabda Tuhan. Selanjutnya, meresapkan Sabda Allah ke dalam hidup dan hati. Lalu setelah itu, ungkapkan kembali berupa doa.
2. Lectio Devina
Lectio Devina artinya adalah bacaan suci. Konkretnya berupa kegiatan berdoa dengan cara melafalkan Sabda Allah. Kerapkali doa ini disebut doa lisan. Contohnya, mendaraskan mazmur, doa offisi, rosario dan litani. Doa ini merupakan kesayangan orang-orang sederhana. Bacaan ilahi lebih dikenal sebagai cara doa St. Benedictus.
Lectio divina menempuh proses tiga langkah yaitu : Lectio (membaca), meditatio (pengulangan) dan oratio (doa).
a. Membaca (Lectio)
- Membaca pelan-pelan kutipan yang dipilih misalnya dari Kitab Suci sebagai bahan doa, ayat demi ayat.
- Apabila dalam pembacaan ini, menjumpai kata/kalimat yang menarik, entah karena menyenangkan entah karena menjengkelkan , lalu berhenti membaca.
b. Mengulang-ulang (Meditatio)
- Kata/kalimat yang menarik itu sekarang mulai diulang-ulangi beberapa kali, pelan-pelan dan rithmis, mula-mula dengan bibir bergerak (komat-kamit), kemudian secara batin. Kata-kata/kalimat itu seperti dikunyah atau diputar-putarkan dalam mulut dengan lidah, ibarat permen yang mau kuresapkan kemanisannya.
"Os iusti meditabitur sapientiam - Mulut orang jujur mengunyah hikmah".
- Dalam proses pengulangan ini, yang rithmis dan terus-menerus, kalimat cenderung semakin menjadi lebih pendek, beberapa kata yang dirasa tidak penting dilupakan atau dibiarkan jatuh, hingga akhirnya hanya kata-kata inti saja yang masih diulang-ulang, sampai merasuk ke dalam hati, mendarah daging dan mempengaruhi hidup, semacam sugesti yang berdaya kuat berkat sepitisi (pengulang-ulangan).
c. Mendoakannya (Oratio)
- Apabila hatiku sudah merasa puas dengan meditatio (pengulangan terus menerus ini), lalu diam sejenak, untuk menangkap perasaan yang bergejolak dilubuk hati.
- Kemudian perasan ini, diungkapkan menjadi suatu doa pribadi, sebagai tanggapan yang muncul dari hatiku terhadap sabda Tuhan, yang baru saja diperdengarkan dan diresapkan.
- St. Benedictus memberi nasehat :"Oratio sit brevis et pura !", artinya "Doa ini hendaklah singkat dan polos !".

3. Kontemplasio
Kontemplasi artinya memandang dalam waktu cukup lama, penuh kasih, dan kerinduan. Seperti Seorang pemuda yang sedang kasmaran memandang penuh kerinduan foto gadis pujaannya dan seolah-olah bertemu muka dengan dia, meraba tangannya, mendengar suaranya dst.
Doa kontemplasi dapat mengalami kehadiran Tuhan yang dicintainya. Kerinduan, daya mengasihi dan intuisi sangat cocok didalam doa kontemplasi ini. Si pemuda tadi tidak hanya memandang tetapi juga berkata-kata, berbicara dengan pemudi pujaannya.
Doa kontemplasi adalah doa memandang Tuhan, berkomunikasi dengannya secara batin.3).

No comments: