Sunday, September 5, 2010

Jika Sudah Ada Kitab Suci, Masih Perlukah Filsafat?


Sering saya mendengar selentingan seperti itu dari forum lintas agama dan kepercayaan yang pernah saya ikuti di internet. Maksud mereka, bukankah kitab suci memuat wahyu Allah yang sudah pasti komplet, dapat dituruti secara langsung, dan berlaku untuk semua manusia sepanjang zaman di seluruh dunia? Kalau sudah begitu, untuk apa lagi bersusah payah bergulat dengan akal budi untuk mencari apa yang baik dan buruk di dunia ini? Bukankah kita tinggal memeriksa aturan-aturan yang tercantum di kitab suci? Wong namanya saja wahyu Allah—pasti isinya lengkap!

Begitulah pendapat mereka.
Pertanyaan kritis untuknya, tentu saja, adalah “benarkah hal itu?”

Saya menjawab pertanyaan ini berdasarkan tulisan seorang profesor filsafat,
Franz Magnis-Suseno, SJ.

Berikut, ringkasannya:

Ada 4 hal mengapa Agama TIDAK membuat Filsafat TIDAK PERLU dipelajari.

# Pertama, manusia secara alamiah tertarik untuk berefleksi dan mencari makna, termasuk terhadap agama. Di sinilah filsafat membantu merefleksikan agama secara rasional, ilmiah, dan bertanggung jawab.

# Kedua, meskipun agama relevan bagi seluruh hidup kita, wahyu Allah BUKAN sebuah “Encyclopedia Britannica” yang memuat penjelasan tentang apa pun. Wahyu pada hakikatnya mengenai hal-hal yang tak bisa manusia ketahui, yaitu tentang Allah, tentang tindakan Allah terhadap manusia, dan tentang apa yang diharapkan Allah dari manusia. Nah, untuk yang dapat diketahui manusia sendiri, Allah memberikan akal budi dan daya bernalar agar manusia mencarinya sendiri.

# Ketiga, Agama tidak hanya ILAHI sifatnya, tetapi juga MANUSIAWI.
Yang Ilahi adalah wahyu sendiri, sedangkan bagaimana wahyu ditafsir ialah perbuatan manusia yang dapat salah. Maka, tafsiran itu harus selalu disorot secara kritis terus menerus, justru agar manusia tidak memalsukan wahyu ilahi.

# Keempat, Filsafat sebenarnya TIDAK menyaingi agama.
Jika kita mencari jawaban apa yang Allah kehendaki dalam hidup manusia, apa kebenaran hidup kita, apa kewajiban paling penting, kita tidak mencarinya dalam filsafat, tetapi pada Allah (agama). Tugas filsafat itu lain!

Perlu diingat, dalam Filsafat yg penting bukan JAWABANnya, melainkan PERTANYAANnya. Maka, Filsafat tidak berlagak dapat memberikan kepastian-kepastian untuk membangun hidup kita.

Sebaliknya, filsafat ialah sarana untuk memeriksa kembali segala pengandaian dan keyakinan justru agar tidak meleset dari maksud suatu wahyu ilahi yang sebenarnya. Di sinilah filsafat menyediakan metode-metode untuk memeriksa jangan-jangan kita menipu diri.

No comments: