Sunday, October 18, 2009

KEBENARAN ?


(Personal Spiritual Diary Series - Sun,18.10.09)


Ketika aku melihat papan nama pada kios itu, hampir-hampir aku tidak percaya pada apa yang kubaca: KIOS KEBENARAN. Mereka menjual kebenaran di sana!

Gadis penjaga kios bertanya dengan amat sopan: kebenaran macam apa yang ingin kubeli, sebagian kebenaran atau seluruh kebenaran? Tentu saja seluruh kebenaran! Aku tidak perlu menipu diri, mengadakan pembelaan diri atau rasionalisasi lagi. Aku menginginkan kebenaranku: terang, terbuka, penuh dan utuh. Ia memberi isyarat, agar aku menuju bagian lain dalam kios itu, yang menjual kebenaran yang utuh.

Pemuda penjaga kios yang ada di sana memandangku dengan rasa kasihan dan menunjuk daftar harga.
‘Harganya amat tinggi, tuan,’ katanya.
‘Berapa?’ tanyaku mantap, karena ingin mendapat seluruh kebenaran, berapapun harganya.
‘Kalau tuan membelinya,’ katanya, ‘tuan akan membayarnya dengan kehilangan semua ketenangan dalam seluruh sisa hidup tuan.’

Aku keluar dari kios itu dengan rasa sedih. Aku mengira bahwa aku dapat memperoleh seluruh kebenaran dengan harga murah. Aku masih belum siap menerima kebenaran. Kadang-kadang aku mendambakan damai dan ketenangan. Aku masih perlu sedikit menipu diri dengan membela dan membenarkan diri. Aku masih ingin berlindung di balik kepercayaan-kepercayaanku yang tidak boleh dipertanyakan.

Kisah di atas mengingatkan kita akan perjumpaan pemuda yang kaya dengan Yesus. Sang pemuda bertanya pada Yesus apa yang harus dilakukan untuk beroleh hidup kekal. Fantastis memang mengetahui bahwa ternyata sang pemuda kaya itu telah melakukan semua hukum-hukum yang Yesus utarakan guna beroleh hidup kekal. Tetapi kebenaran memang mempunyai harga yang tidak murah. Diantara semua hukum yang berhasil dilakukan sang pemuda kaya, ternyata ada satu yang membuatnya merasa mahal harganya.

Dia masih belum siap menerima kebenaran. Kadang-kadang dia mendambakan damai dan ketenangan. Dia masih perlu sedikit menipu diri dengan membela dan membenarkan diri.

Bagaimana dengan diriku sendiri?

Bagaimana dengan anda?

Satu hal yang pasti kebenaran mahal harganya.

Kita ingat bagaimana Kisah Om Tibo cs?

Kita masih belum siap menerima kebenaran. Kadang-kadang kita mendambakan damai dan ketenangan. Kita masih perlu sedikit menipu diri dengan membela dan membenarkan diri.

No comments: